April
12
undefined
Cloteh Fikom, Sebagai Wadah Aspirasi Kritik dan Saran Mahasiswa Fikom Unisba
/
0 Comments
BEM Fikom Unisba sedang mengadakan teatrikal, Tangga Batu Unisba (10/04)
BEM Fikom Unisba sedang mengadakan kegiatan yang dilakukan 3 bulan sekali yaitu Cloteh Fikom dimana Cloteh Fikom ini diadakan untuk menampung aspirasi mahasiswa Fikom Unisba mengenai Fakultas Fikom Unisba dan lingkungannya. Dengan menulis dalam selembar kertas mereka bisa menuangkan aspirasi mereka. Dimana kegiatan ini dilakukan agar segala sesuatu yang dirasakan oleh mahasiswa Unisba bisa disampaikan dengan jelas, dan mereka tidak bingung lagi kemana seharusnya mereka bisa menuangkan segala yang mereka rasakan dan mereka bisa tau apa yang terjadi di lingkungan Fikom Unisba.
Kegiatan ini pula dilakukan agar kita selaku BEM Fikom Unisba bisa melakukan mediasi kepada pihak Fakultas dengan apa-apa saja yang dirasakan kritik dan saran Mahasiswa Fikom Unisba. Agar kegiatan ini lebih meriah dan lebih menarik perhatian adalah dengan melakukan kegiatan teatrikal yang dilakukan di Tangga Batu dimana disini banyak mahasiswa yang berkumpul. Teatrikal ini di beri naama " Mahasiswa Bukan Robot"
Teatrikal ini diberi tema ini agar mahasiswa tidak apatis dan lebih peka dan kritis dengan masalah kampus dan lebih perhatian dan bisa menampungkan aspirasinya kepada BEM Fikom Unisba selaku jembatan antara Fakultas Fikom Unisba dan Mahasiswa Fikom Unisba.
"Sekarang ini mahasiswa hanya bisa diam.belajar yang giat agar lulus
tepat pada waktunya. Tapi mereka tidak punya kebebasan, dalam bergerak
pun selalu diarahkan
Kita sebagai mahasiswa seolah olah merayakan
demokrasi, tetapi untuk bersuara pun tidak ada. Mahasiswa sudah
dibebaskan untuk bersuara, seharusnya tidak ada lagi lidah seseorang
dipotong karena pendapat mereka. Kita mahasiswa, kita memiliki kebebasan
untuk berekspresi.
Jangan sampai kita menutup mata, seolah olah
tak ingin melihat apa yang ada di depan mata. Kemana dia pergi, matanya
diarahkan, matanya buta tanpa arah.mereka melihat sesuai dengan gambaran
yang diberikan bukan kebenaran yang sesungguhnya.
Mereka menutup
telinga, apatis, tidak peduli, acuh. Telinga mereka bagaikan
corong.tapi tangan mereka bagai raksasa batu untuk menyumbatnya.
Gambaran ketidakpedulian mereka. Mereka melihat, mereka bergumam, tapi
mereka menutup telinga seraya lari dari kenyataan.
Mereka melihat
dan mendengar. Mereka peduli, mereka prihatin, tapi mulut mereka
bungkam, apatis. Suara mereka sunyi, suara mereka hanya menggema di
kekosongan. Perasaan mereka dibungkam oleh telapak tangan yang
dikendalikan rasa ragu dan ketakutan akan kebenaran.
Aku bingung,
marah, kecewa, dan prihatin. Semuanya apatis. Tapi apa dayaku, sebagai
si minoritas. Apakah aku harus mengikuti arus, atau melawan arus yang
menghancurkan.
Sekarang mahasiswa banyak tertidur. Dari realita
yang tergambar penuh derita. Dari kenyataan yang seharusnya mereka ubah
dengan usaha.
Fikom, fakultas kita, dan kita adalah komponen nyata di
dalamnya. Ditengah2 mahasiswa apatis, dimana minoritas yang ingin
mengubah ketiga unsur busuk tersebut, namun mayoritas bagaikan ribuan
anak panah yang menutup cahaya matahari yang tak dapat dibendung. Tapi
disini, lembaga, BEM, himpunan, yang bukan pahlawan, bukan penyerbu,
adalah penyatu, membukakan belenggu ke-apatisan dari tangan mereka yang
dipaksa menutup mata, telinga, dan mulut, agar kemudian dapat membuka
mata; untuk melihat kenyataan dan realita, dan membuka telinga; untuk
mendengarkan dan peduli bahwa dunia berteriak memanggil dirinya, dan
membuka mulut; untuk berbicara, mengutarakan aksi dan menegakan kesatuan
akan suatu kebenaran.
Sudah sepatutnta kita meninggalkan warisan
jelek yang dibawa dari zaman orde baru. Buka mata selebar lebarnya bahwa
bangsa kita ini sedang menapaki indahnya atmosfer demokrasi. Dimana
didengungkan dan dielu elukan kebebasan untuk berekspresi, berkumpul,
berorganisasi dan bebas menyatakan pendapat. Jangan pernah mengurung
kami untuk tidak bebas melayangkan kebebasan kemanapun, jangan tindak
kami layaknya kami penghancur. Janganlah kebebasan kami dipasung!
Lembaga
adalah jembatan, bukan pengatur, demi menumpas tiga unsur apatis, untuk
mahasiswa berkarya dan mahasiswa yang satu, Fikom satu!" ini adalah Puisi yang dilantunkan dalam acara teatrikal yang langsung dibacakan oleh anggota BEM Irene.